Prolog
Ketika menggambarkan pemahaman Industrie-Socialisme, Cokroaminoto memandang Muhammad SAW menerapkan konsep perlindungan terhadap rakyat banyak. Dengan mengharamkan Riba. Riba adalah sistem Kapitalisme. Pemberian Upah yang layak dan dilarang keras untuk tertunda, satu hal yang lazim terjadi dalam realitas sistem kapitalis dimana buruh tidak diperhatikan dalam hal hak-hak kemanusiaannya termasuk didalamnya ketidak layakan upah. Cokroaminoto menyatakan “Dengan begitu maka nyatalah Igama Islam memerangi Kapitalisme sampai pada akarnya, membunuh Kapitalisme mulai dari pada benihnya”
HOS Cokroaminoto menyatakan “ ... maka kalau kita kaum Mulimin mendirikan sekolah-sekolah kita sendiri, tak boleh tidak pengajaran yang diberikan didalamnya haruslah pengajaran yang mengandung pendidikan akan menjadikan muslim yang sejati dan bersifat nasional dalam arti kata : menuju maksud akan mencapai cita-cita kemerdekaan umat”
HOS Cokroaminoto adalah The Founding Father
Bangsa Indonesia sesungguhnya. Tidak hanya fenomenal di dalam negeri,
Cokroaminoto juga dikenal di beberapa negara luar Indonesia. Karya tulisnya
banyak mempengaruhi dan dibaca oleh beberapa tokoh Internasional semacam Hitler
dari Jerman, dan bebrapa tokoh dari Eropa lainnya. Di Indonesia memimpin
Organisasi terbesar saat itu (Syarikat Islam/PSII/PSIT/PSI) dan dijuluki oleh
lawan politiknya Pemerintahan Belanda sebagai The King Without Crown atau Raja
tak Bermahkota, akibat besarnya pengaruh terhadap perpolitikan di Indonesia
dengan jumlah anggota 3 juta orang di seluruh Indonesia, jumlah yang besar untuk
masa itu, ketika Indonesia masih terjajah oleh Belanda.
Cokroaminoto dikenal sebagai guru bangsa,
karena setidaknya 3 tokoh nasional dengan ideologi berbeda pernah menjadi murid
politiknya, Soekarno, Kartosuwirjo, dan Sema’un. Dan banyak tokoh politik saat
itu yang juga menjadi partner politik dalam membawa Indonesia kepada pintu
kemerdekaan. Seperti H Agus Salim, KH Hasyim Asy’ari, KH Akhmad Dahlan, Tan
Malaka, dan sangat banyak yang lainnya yang pada akhirnya menjadi tokoh-tokoh
bangsa.
Akan tetapi pemikiran Cokroaminoto belumlah
terkuak secara rinci dan lebar, bagaimana sebenarnya visi politik kedepan yang
sedang Beliau rangkai untuk bangsa Indonesia. Seperti apakah sebenarnya Konsep
Negara yang Beliau coba bangun ketika Kemerdekaan bangsa benar-benar diraihnya.
Setidaknya visi itu tercermin didalam beberapa tulisan Beliau baik berupa buku
atau kebijakan partai , seperti Islam dan Sosialisme, Moeslim Nationale
Onderwijs, Tafsir Program Asas dan tandhim Syarikat Islam, dan Reglement Umum
Bagi Ummat Islam. Dari sini kita bisa menguak tabir yang sebenarnya, harapan
ataupun target politik Cokroaminoto melalui mesin politiknya untuk terjadinya
Kemerdekaan Sejati bagi Umat islam Bangsa Indonesia.
Tulisan ini hanya semacam ikhtisar. Hanya
mengambil intisari dari pemikiran Cokroaminoto. Tulisan-tulisan Cokroaminoto
dalam setiap kata dan kalimatnya begitu penting bagi Rakyat Indonesia untuk
dijadikan pelajaran. Kita akan melihatnya, bahwa negara yang diharapkan
Cokroaminoto belumlah terwujud, dan bagi Cokroaminoto Negara yang diharapkan
mewujud bukanlah hanya sebagai harapannya untuk Rakyat Indonesia, lebih jauh
lagi bahwa Rakyat Indonesia seharusnya atau wajib mendaulatkan Negara yang
Merdeka berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Karena hal ini menjadi satu palaksanaan
atas realisasi Aturan Allah (Al Qur’an) sebagai pegangan mutlak bagi Kaum
Muslimin.
Demokratis
dan Sosialis
“Dimana asas-asas Islam itu adalah
asas-asasnya yang menuju demokratis dan sosialis (sosialis sejati yang
berdasarkan Islam), dan asas-asas itu juga menuju maksud akan mencapai
cita-cita kemerdekaan negeri tumpah darah.....” (Moeslim Nationale
Onderwijs-HOS Cokroaminoto)
Kata Demokrasi dan Sosial menjadi kata yang
paling populer di dunia politik dimanapun di Dunia yang sedang mengalami perubahan
mendasar sejak munculnya Revolusi-Revolusi di Eropa dan Amerika. Dimana mereka
mulai menolak konsep negara Monarki Absolut yang mendasari konsep politik di
seluruh dunia selama ribuan tahun, diawali
Piagam Magna Carta di Inggris yang membatasi kekuasaan Raja dan memberi
wilayah kebijakan kepada perwakilan rakyat, yang kemudian memberikan peluang
masuknya pemahaman konsep negara ideal masa Yunani kuno (Demokrasi dan
Republica) yang sebenarnya ditemukan kembali oleh Dunia Islam saat menguasai
Spanyol, yang akhirnya menjadi bacaan rahasia selama ratusan tahun di eropa,
muncul kembali secara populer saat Revolusi Amerika yang memberikan efek kepada
Revolusi Perancis, munculnya kaum borjuis kapitalis yang kemudian memunculkan antitesis
dari konsep kapitalisme yaitu teori-teori sosialisme baik dari Adam Smith
ataupun Karl Marx yang paling dikenal.
Teori-teori baru yang kemudian membentuk
ideologi poltik muncul petama kali di Eropa dan Amerika, kemudian memberikan
efek luas ke seluruh dunia, hampir semuanya didasari oleh teori-teori
materialisme. Kesemuaannya menolak dogma yang biasanya menjadi koridor bagi
ilmu apapun itu di masa abad pertengahan, mereka bahkan sebagaian menjadi
atheis atau setidaknya mendudukan konsep ketuhanan menjadi lebih kerdil dan parsial.
Dimana realita yang ada saat itu baik di kalangan Gereja ataupun Pendidikan
Islam yang banyakdipengaruhi faham Islam Mistis dan Toriqot, minim sekali
membicarakan perpolitikan atau negara. Mereka tidak mengenal faham Demokrasi
yang secara filosofis dasar sangat membahayakan bagi sistem monarki yang
berkuasa saat itu. Baik Islam atau Kristen dianggap penghambat bagi laju
Revolusi Sosial saat itu, keduanya tidak mendapat tempat baik dari kalangan
kapitalis ataupun sosialis, Islam yang muncul saat itu hanyalah berkutat di
areal ritual dan individual.
HOS Cokroaminoto mencoba mengangkat Islam dari
sudut pandang yang lebih luas, dengan bahasa dan terminologi populer dan
difahami saat itu oleh kaum politikus, dan menyodorkan Islam sebagai satu
konsep yang konferhensif dan sempurna. Disini Beliau mengkritik konsep
sosialisme yang muncul dari kalangan materialisme di bukunya Islam dan
Sosialisme, “...makin lama makin tambah kerasnya bersandar kepada barang-barang
benda (stoffelije dingen) belaka”. Konsep sosialisme yang akhirnya difahami
oleh berbagai kalangan memunculkan banyak teori-teori yang berbeda menjadi
faham yang berbeda-beda pula, Beliau menyatakannya “Dengan hal yang demikian
itu maka ketetapan arti kata sosialisme menjadi bertambah-tambah banyaknya seperti
banyak bilangannya pasir ditepi laut”
Islam menurut HOS Cokroaminoto mempunyai
konsep Sosialistis yang Sempurna, berbeda dengan apa yang disodorkan oleh
berbagai teori di kalangan sosialis di barat ataupun timur, Muhammad SAW
membawa konsep sosialisme didalam pergaulan hidup Islam, bahkan dinilai lebih
luas cakupannya, Beliau membuat dua hal cakupan diantaranya :
- Staats Socialisme, baik bekerja dengan kekuatan satu pusat (gesentraliseerd); maupun bekerja dengan kekuatan gemeente-gemeente (gedesentraliseerd)
- Industrie-socialisme
HOS Cokroaminoto memandang bahwa Muhammad SAW
ketika memimpin Negara di Madinah maka negeri langsung diatur secara
sosialistis. Konsep Staat Sosialisme adalah bagaimana Negara diatur berdasarkan
prinsip-prinsip sosialistis yang sudah dicontohkan oleh Muhammad SAW di
Madinah. Dimana tanah dan kandungan yang ada didalamnya menjadi milik negara
dan diatur oleh negara untuk kepentingan rakyat banyak. Berbeda dengan prinsip
sosialisme yang banyak dilaksanakan dewasa ini di berbagai negara yang
cenderung Demokratis Sosialisme, dimana pengaturan sosialistis dilaksanakan
berdasarkan demokrasi atas perwakilan-perwakilan rakyat yang mengatur setiap
peraturan dan kebijakan politik, didalam Islam hak rakyat itu diatur oleh Allah
SWT berdasarkan ketetapan Allah dan RosulNya. Hal ini yang menurut Cokroaminoto
menjadikan konsep sosialisme Islam mendapat tempat paling tinggi. Beliau
menyatakan “Wet-wet Muslim bukan bikinan orang, bukan bikinannya suatu badan
yang hanya mewakili orang-orang yang berkuasa saja. Segenap peri kemanusiaan
(menscheld), sebagai satu persatuan adalah mempunyai satu hak bersama, tiada
seorang masing-masing dengan endirinya maupun segolongan-segolongan mereka itu,
baik yang memilih maupun yang terpilih, boleh mengubah wet-wet itu untuk
kesenangannya sesuatu golongan, partai atau kelas”
Pemerintahan Islam menurut Cokroaminoto adalah
satu pemerintahan rakyat, pemerintah
hanyalah sebagai perwakilan rakyat untuk mengatur dan mengurus segala kebutuhan
dirinya (rakyat), dijabat oleh orang-orang yang dianggap jujur dan bijak.
Begitu pula dari sudut pertahanan negara, seluruh rakyat wajib membela
negaranya sehingga militer didalamnya adalah Tentara Rakyat. Bukan satu
kesatuan profesional (tentara bayaran).
HOS Cokroaminoto menyatakan dalam buku Islam
dan Sosialisme “...Peraturan pemerintahan dan militer dalam Negeri-negeri Islam
dulu adalah bersifat Socialistisch dengan sempurnanya”.
Ketika menggambarkan pemahaman Industrie-Socialisme, Cokroaminoto memandang Muhammad SAW menerapkan konsep perlindungan terhadap rakyat banyak. Dengan mengharamkan Riba. Riba adalah sistem Kapitalisme. Pemberian Upah yang layak dan dilarang keras untuk tertunda, satu hal yang lazim terjadi dalam realitas sistem kapitalis dimana buruh tidak diperhatikan dalam hal hak-hak kemanusiaannya termasuk didalamnya ketidak layakan upah. Cokroaminoto menyatakan “Dengan begitu maka nyatalah Igama Islam memerangi Kapitalisme sampai pada akarnya, membunuh Kapitalisme mulai dari pada benihnya”
Meskipun HOS Cokroaminoto memuji Marxisme
dalam hal pembelaannya terhadap kaum buruh, akan tetapi Beliau melihat bahwa
Engel dan Karl Marx hanyalah perpanjangan teori dari Charles Darwin, atau
Darwinisme. Yang dimaksud adalah bagaimana Karl Marx mengemas pemahamannya
sangat dipengaruhi oleh filsafat Historisch Materialisme. Bagaimana
kebereradaan Tuhan hanyalah ciptaan (imajinasi) manusianya saja. Bahwa segala
sesuatu berasal dan menuju kepada sifat dan bentuk materi. Sosialisme nya Karl
Marx adalah Sosialisme Materialisme. Disinilah letak ketidak sempurnaanya.
Ada tiga anasir Sosialisme menurut HOS
Cokroaminoto, Kemerdekaan, Persamaan, dan Persaudaraan. Dimana ketiganya
menurut Beliau dimasa Rosulullah Muhammad SAW masuk bersenyawa didalam setiap
aturan atau hukum-hukum islam, didalam sendi-sendi kehidupan sosial
kemasyarakatan. Sehingga tidaklah terdapat satu pemaksaan kehendak seperti
bagaimana Beliau mengkritik realita hasil dari Revolusi Bolsvijk yang
memunculkan Comunist (Komunisme) dimana terjadinya sosialis yang dipaksakan semacam
imperialisme. Sedangkan Islam menurut Beliau “Ke elokannya Sosialisme Islam,
ialah bahwasanya Sosialisme Islam tidak
merusakkan nafsu kerajinan orang dan tidak pula menggoda kenyataan orang akan
mencari kemajuan, tetapi dicegah dan dipantangkan seorang menindas dan
merusakkan lain orang, dicegah dan dipantangkan seorang menjadi kaya lantaran
merugikan atau memakan hasil pekerjaan dan hasil usahanya lain orang.
Membentuk satu tatanan masyarakat yang diatur
oleh peraturan yang didalamnya dikemas dengan sosialistis sempurna maka dalam
pembentukan suatu tatanan politik dan kenegaraan, haruslah dibangun dalam satu
tatanan yang Demokratis. HOS Cokroaminoto memberikan prinsip dasar ini hingga
mewujud menjadi kebijakan Partai. Seperti apa yang Beliau tulis didalam Tafsir
Program Azas dan Tandzim PSII. “Negeri merdeka (Indonesia) yang kaum Partai SII
wajib berusaha akan mencapainya, pemerintahannya haruslah bersifat Demokratis,
sebagai yang dinyatakan didalam Qur’an, surah asy Syuro ayat ke 38”. Syuro atau
Musyawarah sebagai prinsip dasar dari Demokrasi, menjadi ruh utama dalam satu
tatanan Negara Merdeka. Berbeda dengan Demokrasi yang dijalankan di
Negeri-negeri barat, Demokrasi Islam adalah Dimokrasi yang dibatasi oleh Al
Qur’an dan Hadits sebagai ketetapan Allah dan RosulNya. Demokrasi sebagai
tatacara yang dijalankan Rosulullah dalam membentuk kebijakan dilaksanakan bahkan sejak sebelum terbentuknya Negara di
Madinah. Maka negara merdeka yang Demokratis menjadi tujuan utama bagi HOS
Cokroaminoto dalam pergerakan politiknya. Beliau menyatakan bahwa sesuai ayat
tersebut (Asy Syuro:38), Pemerintahan haruslah bersandar pada kemauan rakyat,
dimana ada keterwakilan didalam majelis-majelis syuro, berupa Majelis
Perwakilan Rakyat, Majelis Parlemen atau lainnya, dimana lembaga-lembaga
tersebut harus berdasarkan kepada asas-asas Demorkasi yang seluas-luasnya.
HOS Cokroaminoto menegaskan, meskipun satu
tatanan negara dibentuk dengan konsep Republik ataupun Monarki dengan Parlemen,
dimana keduanya menggunakan prinsip Demokrasi, akan tetapi peraturan yang
dibuat oleh manusia akan mengakibatkan ketimpangan-ketimpangan. Dimana yang
terjadi peraturan selalu akan memihak kepada kaum yang kuat dan kaya, bukan
kepada rakyat miskin. Berbeda jika negara tersebut ditata berdasarkan Islam
(Negara Islam) dimana didalamnya tertata sistem sosialistik yang sejati.
“Kerajaan (Staat) ada didalam genggaman sekalian orang Ra’yat (Ummat), yang
semuanya berta’luk dan menurut satu hukum, bukan bikinan manusia, tetapi Hukum
yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Luhur, dan Maha Adil, yaitu
Qur’an Suci, yang hingga kini dan sampai akhir zaman masih tetap dan akan
tinggal tetap didalam kesuciannya yang semula”
Pada masa kini, ketika banyak berdatangan ke
Indonesia kelompok atau organisasi yang didirikan di Timur Tengah, dimana
mereka tumbuh di dalam satu negara yang buruk dalam tatanan Demokrasinya,
bahkan konsep sosialisme yang subur cenderung kepada Marxisme, sehingga
mengakibatkan terminologi Demokrasi ataupun Sosialisme terdistorsi dan
terstigmatisasi. Banyak Ulama atau pemimpin diantara mereka mengharamkan konsep
keduanya diakibatkan pemahamannya yang parsial setelah mereka mengalami kondisi
yang buruk oleh perlakuan pemerintahan di negaranya itu. Serta minimnya Ulama
diantara mereka mempelajari dengan sungguh-sungguh konsep Politik dan
Ketatanegaraan di Madinah pada masa Rosulullah. Dan ketidak mampuan mereka
dalam melakukan studi komparatif (melakukan perbandingan ilmu) yang
independent. Pemahaman ini kemudian menjadi dominan di kalangan aktifis Islam
di Indonesia. Dimana pada masa kini Tulisan-tulisan Politikus Modernis semacam
HOS Cokroaminoto tidak populer dibandingkan tulisan-tulisan ulama Timur-tengah
yang lebih konservative dengan pemahaman politik yang cenderung kepada Monarki Absulut
atau Otoriterian. Sering kali mereka tidak memahami sama sekali terminologi
“Demokrasi” atau “Sosialisme” sehingga mereka tidak pernah mencoba
mengkomparasi atau bahkan menggunakannya sebagai term Da’wah, saat mereka
melakukan aktifitas gerakan. Bahkan beberapa organisasi pergerakan islam akibat
ketidak mampuan memahami kedua term tersebut (dan ini sudah menjadi
doktrin), melakukan propaganda negatif dengan
mendeskriditkan dan mengharamkannya meski dalam bentuk atau isme apapun.
Sedangkan kedua term tersebut merupakan term paling populer didalam komunitas politik. Kondisi
yang mengakibatkan terjadinya ketidak sinambungan informasi ketika mengenalkan
konsep Rosulullah dalam hal politik dan ketatanegaraan kepada kalangan mereka
(komunitas politik). Satu hal yang tidak pernah terjadi pada masa keemasan
Partai Syarikat Islam Indonesia saat dipimpin Cokroaminoto. Dimana beliau mampu
mentransformasikan konsep Islam dalam komuntias politik apapaun ideologi
mereka. Dan jika melihat anggota PSII yang didalamnya terdapat kaum moderat
ataupun konservative, baik di kalangan muslim perkotaan (yang dibesarkan
didalam sekolah belanda) atau muslim pedesaan (yang dibesarkan didalam sekolah
pesantren), sedangkan tulisan-tulisan HOS Cokroaminoto sebagai Presiden PSII menjadi
bacaan wajib bagi seluruh anggotanya. tidak pernah ulama diantara mereka
mempunyai permasalahan dalam memahami kedua term tersebut. Memperlihatkan
bagaimana kondisi saat ini terjadi kemunduran kualitas ilmu yang signifikan
diantara para aktifis islam.
Demokrasi atau Sosialisme dan juga Republik,
term yang baru populer kembali di abad ke 18, pertama dipraktikan di dunia
dengan sempurna oleh Rosulullah Muhammad SAW. Yang berarti 12 abad sebelumnya.
Mulai menjadi bahasan Ilmuwan ketika Islam berkuasa di Spanyol dimana
Universitas Cordova menjadi pusat pendidikan dunia. Disaat Eropa saat itu
mengalami masa kegelapan yang panjang, Dunia islam menjadi pusat kemajuan
keilmuan, dan diantaranya adalah bagaimana saat itu ilmu filsafat Yunani
kembali menjadi bahan pelajaran. Ilmuwan Islam separti Ibn Rusyd dan Ibn
Khaldun mencoba mentransformasikan ilmu dari para filsuf Yunani tersebut dengan
apa yang sudah diperbuat oleh Rosulullah, dan lahirlah beberapa buku politik
dan ketatanegaraan semacam al Ahkam wal Sulthoniyah dan Al Jumhuriyah wal
Ahkam. Dimana kedua ulama inilah yang mempengaruhi pertama kali di eropa dalam
hal pemahaman ilmu politik dan ketatanegaraan.
Derasnya arus ideologi baru (Marxisme) masuk
ke Indonesia di akhir abad 18 dan di awal abad 19, dan mulai mempengaruhi
rakyat indonesia, saat para intelektualis pribumi mulai dibanjiri oleh
buku-buku dari para orientalis dan ideolog, terutama saat Belanda mulai
melaksanakan “politik etis”. HOS Cokroaminoto mencoba membentengi masyarakat
dengan membuka pemahaman melalui beberapa tulisannya dengan terminologi populer
diantara para intelektualis saat itu. Juga ketika mulai membangkitkan kaum
pribumi untuk menjadi satu masyarakat yang Merdeka, beliau mencoba lebih dahulu
membongkar pemahaman dari sudut ideologi para penjajah kapitalis. HOS
Cokroaminoto mengajak kaum Muslimin untuk bangkit dan memerdekakan diri dengan
memberinya wawasan dan ilmu yang didasari dari Ideologi yang diyakininya. Dan
Beliau melihat, Islam bukan hanya sebagai satu keyakinan Rakyat Indonesia,
lebih jauh dari itu, beliau mempunyai pemahaman bahwa Islam adalah satu-satunya
solusi bagi kemerdekaan Bangsa Indonesia. Kemerdekaan sejati, bukan kemerdekaan
nisbi seperti yang dialami oleh Bangsa Indonesia masa kini.
Penataan
Ekonomi
Menata Ekonomi dalam satu tatanan Negara
Merdeka yang Demokratis dan Sosialistis, haruslah memenuhi dan sesuai
prinsip-prinsip sosialis yang kesemuaannya sudah dicontohkan oleh Rosulullah
Muhammad SAW dan Khulafaturrosyiddin. Penataan Ekonomi yang Merdeka, didasari
prinsip persaudaraan dan persamaan.
Penataan Ekonomi yang Kapitalistik dimana
peraturan selalu berfihak kepada para pemegang kapital harus diperangi dan dihancurkan hingga ke
akar-akarnya, dan dimusnahkan hingga ke bibit-bibitnya. Imperialisme Barat yang
mengakibatkan ratusan tahun penjajahan di Dunia adalah diakibatkan dan didasari
oleh Penjajahan Kapitalisme, meskipun didalam era modern ini berbagai fihak
meneriakan Kemerdekaan, akan tetapi didalam sistem Kapitalisme Kemerdekaan
sejati tidaklah akan didapatkan.
HOS Cokroaminoto menyatakan didalam Tafsir
Program Azas dan Tandzim, “ Kenyataanya kapitalisme yang merajalela dengan sepnuh-penuh
tenaga dan kekuasaanya di Negeri tumpah-darah kita, ternyatalah telah
menjadikan sebab bangsa kita hilang kemerdekaanya, jatuh di dalam kenistaan
penghambaan kebangsaan dan kenistaan penghambaan pencarian”
Motor penggerak Kapitalisme adalah Riba,
Sistem modal kapital diputar dan disokong oleh sistem Riba, tidak akan ada
ideologi kapitalisme kalau tidak tersusun dengan sistem Riba, dan tidak perlu
ada Riba jika kita tidak menggunakan ideologi Kapitalisme. Riba dan Kapitalisme
seperti dua sisi di mata uang yang sama.
Islam memerangi Riba dengan Zakat, Sistem
Perekonomian Islam yang didasari sosialistis sejati dimana persaudaraan dan
persamaan menjadi landasan utama, menjadikan Zakat sebagai motor penggerak
untuk kestabilan ekonomi negara. Selain aset tanah dan air serta seluruh
kandungan didalamnya dikuasai negara, juga kepentingannya diperuntukan untuk
rakyat sepenuh-penuhnya. Rakyat tidak dibebankan Pajak, Rakyat dibebankan Zakat
untuk kepentingan saudaranya se muslim. Didalam Islam dan Sosialisme, HOS
Cokroaminoto menyatakan “Dengan hukum zakat maka Islam bermaksud mewajibkan
orang kaya mengeluarkan biaya untuk keperluannya orang miskin. Pada zamannya
Nabi Muhammad SAW. Tanah itu memberi sebesar-besar dan seluas-luas pekerjaan
kepada orang-orang kaum pekerja (arbelders-kuli), dan sebagaimana sudah saya
ceritakan diatas, pada zaman pemerintahan Islam tanah itu menjadi kepunyaan
Negeri.”
Berikutnya Beliau menyatakan “Nabi kita
menyuruh kita berlaku dermawan dengan asas-asas yang bersifat sosialistis. Sedang
Qur’an berulang-ulang menyatakan bahwa memberi sidekah itu bukannya bersifat
kebajikan, tetapi bersifat satu wajib yang keras dan tak boleh dilalaikannya.”
Baik Zakat ataupun penghasilan negara dari
tanah yang dikuasainya dihimpun didalam satu Lembaga Baitul Maal, lembaga yang
mengatur regulasi dan sirkulasi harta negara, setiap rakyat yang kaya tetapi
didalamnya terdapat ruh islam, tidak akan berlomba-lomba menimbun harta, mereka
akan memenuhi Baitul Maal dengan Infaq dan Sedekah. Disinilah letak perbedaan
dasar antara sistem Kapitalis yang memberi kekuatan pada pemegang kapital untuk
menumpuk harta meski dengan penjajahan terhadap kaum lemah, atau Komunis dimana
Negara memaksakan kehendak kepada rakyat dan dijadikannya kaum buruh selamanya
dengan pendapatan yang tidak memenuhi syarat, dengan Islam dimana regulasinya
menjadikan kaum kuat akan membantu sepenuhnya kaum lemah. Mengangkat derajat
kaum miskin oleh kaum kaya. Inilah Sosialisme Sejati. Sosialisme Sempurna.
Sosialisme berdasarkan Islam.
HOS Cokroaminoto menyatakan, “Bagi kita, orang
Islam, tak ada Sosialisme atau rupa-rupa “isme” lain-lainnya, yang lebih baik,
lebih elok dan lebih mulia, melainkan sosialisme yang berdasar Islam itulah
saja”
Ketetapan
dalam pengaturan Perekonomian Negara melalui Baitul Maal tidak bisa dihapuskan dalam sistem
perekonomian Islam, karena pengaturannya telah ditetapkan didalam hukum Allah,
Al Qur’an yang dipraktikan dengan sempurna oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Riba telah menjerat selama ratusan tahun
rakyat Yastrib sebelum kedatangan Rosulullah Muhammad SAW, Bani Israil yang
menjadi motor penggerak ekonomi yastrib menjalankan perekonomiannya melalui
Riba, bahkan peperangan diantara dua suku besar Aus dan Khazraj yang
membutuhkan dana banyak telah menyita aset rakyat Yastrib karena peperangan
itulah dimana pelaksanaanya membutuhkan dana besar menjadikan mereka lebih
terjerat lagi oleh Riba yang dijalankan oleh Bani Israil.
Rosulullah Muhammad SAW hijrah ke Yastrib
membentuk tatanan baru termasuk dalam hal sistem perekonomian negara, bahkan
perubahannya itu dilaksanakan di tahun pertama. Pada masa berikutnya Rosulullah
sebagai pimpinan Negara melarang dengan tegas Riba di kalangan kaum Mukminin,
baik sebagai pelaku, atau pengguna, bahkan sebagai pencatat. Sistem perekonomian
yang adil dilandasi kebersamaan dan persaudaraan yang terealisasi melalui
Baitul Maal, telah sanggup memakmurkan Rakyat Madinah. Kemakmuran yang hampir
merata, setidaknya kefakiran maupun kemiskinan menjadi target utama untuk
ditanggulangi oleh Lembaga tersebut (Baitul Maal).
Pendidikan
Islam
Konsep Pendidikan Islam dari pemikiran HOS
Cokroaminoto terangkum didalam satu tulisan “Moeslem Nationale Onderwijs”. Beliau
memandang bahwa perlunya satu konsep pendidikan Islam yang akan menghasilkan kader-kader
bangsa untuk mengiring menuju Kemerdekaan (Islam).
HOS Cokroaminoto menyatakan “ ... maka kalau kita kaum Mulimin mendirikan sekolah-sekolah kita sendiri, tak boleh tidak pengajaran yang diberikan didalamnya haruslah pengajaran yang mengandung pendidikan akan menjadikan muslim yang sejati dan bersifat nasional dalam arti kata : menuju maksud akan mencapai cita-cita kemerdekaan umat”
Selain keilmuan formal yang saat itu menjadi
standar di sekolah-sekolah Belanda atau Pribumi, Cokroaminoto memberikan 4
penekanan penting dalam pembentukan kader melalui pendidikan, Beliau menyatakan
“ selain pengajaran kepandaian legal, haruslah juga :
- Menanam benih kemerdekaan dan benih demokrasi, yang ialah menjadi tanda kebesaran dan tanda perbedaan Umat Islam besar pada zaman dulu.
- Menanam benih keberanian yang luhur, benih keiklasan hati, kesetiaan dan kecintaan kepada yang benar (haq), yang telah menjadi tabiat tiap-tiap orang dan tabi’at masyarakat islam pada zaman dahulu.
- Menanam benih pri-kebatinan (ruhiah/spiritual) yang halus, benih keutamaan budi dan kebaikan perangai, yang dulu telah menyebabkan orang Arab penduduk laut pasir itu jadi bangsa tuan yang halus adat lembaganya dan jadi penanam dan penyebar ke adab an dan ke sopan an
- Menanam benih kehidupan yang salih dan sederhana sebagai yang dulu telah menjadi sebab masyur nama Umat Islam.
Keterpurukan di Dunia Islam pada masanya
menjadikan Cokroaminoto memberikan gambaran bahwa pendidikan Islam haruslah
seimbang antara Material dan Spiritual, antara pendidikan filsafat dan syari’at
(islam). Agar setiap kader pendidikan tersebut mampu bersaing dengan siapapun.
Beliau melihat bagaimana satu suku terasing di Hijaz mampu menjadi beradab dan
menguasai dunia melalui pendidikan. Hal yang memungkinkan bagi Bangsa Indonesia
keluar dari keterpurukan akibat Penjajahan, mampu mencapai kemerdekaan dan
berdaulat menjadi suatu Negara Islam yang sejajar dengan negara-negara Besar.
HOS Cokroaminoto meralisasikan konsep
pendidikannya secara berjenjang melalui 3 tahapan : Langkah Pertama (lager
Onderwijs), Langkah Kedua (Midlebaar Onderwijs), dan Langkah Universitet (Hoger
Ondrwijs). Dimana tahapan-tahapan tersebut diarahkan untuk menjadi seorang
“Muslim Sejati”, Seorang muslim yang mempunyai dasar keilmuan yang lengkap, dan
mampu memperjuangkan Kemerdekaan bangsanya, menuju kemerdekaan sejati,
kemerdekaan Islam dengan sesempurna-sempurnanya.
Sumber:
Post A Comment:
0 comments:
Bro, ekspresikan ruhul jihad mu !!!